Ia menjelaskan, peran APBN lebih difokuskan untuk tahap awal proyek, termasuk pemetaan lokasi. Sementara dana dari Danantara akan dikucurkan secara bertahap, sesuai klaster tambak yang akan digarap.
"(Danantara secara bertahap?) Per klaster. Luasannya 20 ribu hektare. Perkiraan investasi menurut kita kira-kira sekitar Rp 26 triliun," imbuhnya.
Trenggono optimistis revitalisasi tambak ini akan menciptakan efek berganda (multiplier effect), khususnya dalam menciptakan lapangan kerja hingga ratusan ribu orang. Lebih dari itu, proyek ini diharapkan membawa perbaikan signifikan terhadap ekosistem pesisir Pantura yang selama ini rusak.
"Bayangkan Pantura itu sudah lebih dari 30 tahun kondisinya rusak dan kemudian kita revitalisasi untuk menjadi sebuah kegiatan industri budidaya yang sangat bernilai," jelasnya.
Tak hanya fokus pada tambak, proyek ini juga akan mendorong terbentuknya rantai hilirisasi sektor perikanan. Trenggono mengungkapkan banyak pihak swasta tertarik untuk ikut ambil bagian dalam proses hilirisasi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
"Hilirisasinya nanti akan dilakukan oleh para swasta. Banyak sekali swasta baik dari dalam maupun dari luar negeri yang ingin terlibat di sini untuk menampung seluruh hasil daripada budidaya yang akan kita kembangkan ini," tutur Trenggono.
Perlu diketahui, proyek revitalisasi tambak ini ditargetkan berlangsung selama dua tahun dengan total lahan calon tambak mencapai 78.550 hektare. Untuk tahun ini saja, pemerintah membidik perbaikan di lahan seluas 20.413,25 hektare yang tersebar di empat kabupaten di Jawa Barat, yakni Bekasi, Karawang, Subang, dan Indramayu.
Rinciannya, lahan calon tambak di Bekasi seluas 8.188,49 hektare, Karawang 6.979,51 hektare, Subang 2.369,76 hektare, dan Indramayu 2.875,48 hektare. Sebagian besar lahan tersebut merupakan aset negara dan masuk dalam prioritas revitalisasi.
0 Komentar